Emas berjangka kembali capai $14000 per ounce atas spekulasi bahwa tingkat suku bunga pinjaman Amerika akan tetap rendah sehingga mendorong minat terhadap logam mulai sebagai pelindung nilai. Perak juga mencetak gain.
The Federal Reserve telah menetapkan kebijakan suku bunga yang kembali rendah dibawah 0.25% untuk selama dua tahun lamannya, dan kemungkinan akan memberikan sinyal terhadap pembelian surat-surat hutang (obligasi) yang lebih banyak guna mendorong pemulihan ekonomi. Emas sampai saat ini tercatat naik hingga 28% sejak awal tahun, dan mencapai rekor baru pada 7 Desember lalu di $1432.50 per ounce.
“The Fed akan membuka pintu terhadap tambahan pembelian obligasi, dan permasalahan di kawasan Eropa akan memacu kinerja harga emas juga,” kata Matthew Zeman, seorang pedagang logam dari LaSalle Futures Group di Chicago. “Kita akan lihat bahwa orang-orang mulai ramai ke emas lagi.”
Kontrak berjangka emas pengiriman Februari naik $6.30 atau 0.4% yang diselesaikan pada $1404.30 di Comex, New York. Sebelumnya, logam tersebut sempat turun hingga 0.4%.
Emas akan berada pada rata-rata $1550 tahun depan, naik dari perkiraan sebelumnya di $1400, kata analis dari UBS AG, Julien Garran dalam laporannya kemarin.
"Kami perkirakan bahwa kecemasan krisis utang di Eropa, kelanjutan implikasi dari QE dan juga meningkatnya permintaan logam mulia dari para investor akan terus memacu kenaikan harga," kata Garran. "Emas mulai beralih menjadi currency dibandingkan komoditas sebenarnya."
Kontrak berjangka perak pengiriman Maret naik 16.4 sen atau 0.6% ke harga $29.788 per ounce di Comex. Harga tersebut telah meraih gain hingga 77% sejauh ini sejak awal tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar