Text Line

Kita Bangsa yang Besar, Jangan Mudah Untuk Diadu Domba

Teks

Mohon Maaf Jika Anda Kurang Nyaman, Karena Blog Masih Dalam Perbaikan

Jumat, 16 Desember 2011

Gambaran Umum Jati Diri Karo

Masyarakat Karo Dinamis dan Patriotis serta taqwa kepada Tuhan YME. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan.
Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (Sura-sura pusuh praten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) pokok yang disebut TUAH , SANGAP dan MEJUAH – JUAH.

TUAH berarti menerima berkah dari Tuhan YME, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.

SANGAP berarti mendapat rezeki , kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi mendatang.

MEJUAH-JUAH berarti sehat sejahtera lahir bathin, aman , damai , bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia , antara manusia dan lingkungan , dan antara manusia dengan Tuhannya.
Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan pisahkan satu sama lain.
Sumber: http://www.facebook.com/#!/groups/sapoholland/doc/283095838373682/

Kamis, 15 Desember 2011

About Karo Bukan Batak

   Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba umumnya untuk Batak Tapanuli. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. 

KAMUS BAHASA MEDAN


Catatan:
e (italic) dibaca taling seperti pada ejaan bebek
e biasa dibaca seperti pada ejaan belajar

A
Aci = boleh… nggak/mana aci (nggak boleh..)Anak muda = jagoan, aktor pemeran utama
Ambal = sajadah
Awak = aku, saya; bisa juga kamu (“sombong kali awak ini”, artinya: “sombong banget lu”)
Alip = permainan
Alip cendong/benteng = permainan menjaga tiang, sementara lawan berusaha menyentuh tiang tersebut, sambil menghindari kejaran para penjaganya.; Alip berondok = petak umpet
Angek = dari bahasa Minang (panas) à iri, cemburu, nggak suka
Apek = panggilan buat lelaki Tionghoa yang sudah tua.
Alamak = celetukan; berasal dari Alah, Mak… (aduh, Mak; waduh/Jawa)
AS = (baca A Es) Ajo Sukarame, panggilan buat pembuat sepatu yang banyak berasal dari suku Minang dan menetap di kawasan Sukarame (sepatu kauw buatan AS ya?)

B
Balek= maksudnya: balik.
Bedangkik = hitung-hitungan, pelit
Bocor alus = agak gila
Bang = 1) panggilan umum buat lelaki yang lebih tua (permisi, Bang..); 2) azan (coba kau bang dulu, udah masuk waktu zuhur ni..)
Belacan = terasi
Bonbon/Bombon = permen
Berselemak = berlepotan (ngomong kau kok berselemak gitu?)
Bereng = melirik tajam (Alamak, diberengnya kita); kata serapan dari Batak?
BK = plat kendaraan bermotor (Plat motor di Medan memang BK. “BK motor kau berapa?”)
Balen = minta.. ( Bagi dong?! bahasanya jadi… Balen lah…?!)
Berondok = bersembunyi; ngumpet
Bolong = lobang
Bedogol = bego (bedogol kali kau!)
Berhanyut = pergi ke hulu sungai, lalu menyusuri aliran sungai dengan berenang atau menggunakan pelampung dari ban dalam bekas. (kami beranyut dari gedong johor sampai ke polonia).
Begadang; kerupuk begadang = sejenis kerupuk yang berwarna coklat, biasanya berbentuk segi empat.
Baling/Baleng = rusak, ada yang tidak beres (ban keretanya kutengok baling, la… Udah kau perbaiki?)
Bendol = benjol
Bengap = Babak belur
Berantam = berkelahi
Berantuk = versi lain dari berantam
BK = plat kendaraan bermotor (Plat motor di Medan memang BK. Jadi kita sering ditanya, “BK motor kau berapa?”. BK ini sudah jadi generik, sama seperti Aqua atau Rinso)

C
Cakap = ngomong, berbicara (banyak kali cakapnya)
Celit = pelit
Cak = singkatan dari coba… (Cak kau maenkan lagu itu = coba kau maenkan lagu itu)
Cuak = penakut
Cengkunek = lagak, omong kosong (jangan banyak cengkunek lah..)
Cendek = plesetan dari pendek, dangkal/cetek (Airnya cendek kok, nggak usah takut tenggelam lah..)
Cop = ucapan sebagai pertanda minta rehat/istirahat dulu (Aku cop ya, mau ke WC dulu); atau isyarat memilih lebih dulu (Cop, aku ambil yang ini ya).
Celat = cadel (nggak bisa bilang r)
Cem; Cam = seperti, macam, kayak, biasa dipadukan dengan kata: mana (Cemmana jadinya; bagaimana jadinya); lihat kek; kek mana
Cincong = omong, alasan; Jangan banyak cincong = jangan banyak omong
Cekot = julukan buat orang yang lengannya cacat, tidak bisa diluruskan, seperti –maaf—tokoh Gareng di perwayangan).
Congor = mulut (kasar).
Cari angin = keluar (rumah atau ruangan) untuk bersantai, refreshing (Kutinggal dulu ya, aku mau cari angin dulu…)

D
Dongok/dogol/bedogol = bodoh, pandir
Dekak-dekak = abacus, alat hitung Cina dari jajaran kayu (biasanya 10 baris) yang masing-masing jajar terdiri atas 10 bola sebagai satuan hitung.
Deking = beking
Demon = 1) demonstrasi; demo (pak keplor didemon sama warganya sendiri..); 2) hebat, gaya (pembalap itu demon kali, ah..)
Doorsmeer = bukan semir pintu, tapi istilah untuk tempat yang menyediakan layanan cuci mobil/motor

E
Enceng = selesai, habis
Ecek-ecek = pura-pura (Ecek-eceknya kita ini pejabat la ya)
Estra = maksudnya ekstra, preview film di televisi atau bioskop (aku belom sempat nonton di bioskop, tapi estranya udah).

F

G
Gacok = jagoannya (mana gacok kau, kita adu)
Guli = kelereng
Getek = genit
Gaprak = dari jawa; hantam kaki dalam sepakbola atau permainan (kakinya digaprak lawan)
Gedabak = besar (gedabak kali badan abang!)
Gerepes = geripis, gigi yang hancur atau terkikis karena banyak makan makanan manis (Itu lah, banyak makan bonbon, akhirnya giginya gerepes semua)
Gecor = besar mulut, ga bisa menyimpan rahasia
Gerot = akronim dari geger otak; merujuk pada orang yang tingkahnya aneh, gila.
Goni botot = julukan buat penjual atau pembeli barang-barang bekas. Mereka berkeliling kampung, membeli kompor rusak, kertas/koran bekas, dsb.
Gelut = berkelahi
Golek-golek = berbaring-baring santai; tidur ayam
Gosok = setrika (kau gosok dulu pakaian ayahmu itu); gosokan = setrikaan
Gobi = ikan kecil yang hidup di got/parit. Bahasa ilmiahnya Lebistes reticulatus. Suka dijadikan mainan anak-anak. Di Jawa disebut ikan seribu.
 
H
Hajab = hancur
Hambus = pergi! (jauh-jauh). Kata ini suka dipakai oleh koran Waspada.
Hubar-habir = berantakan, acak-acakan, idem
Honda = sepeda motor (walaupun mereknya bukan Honda, tetap aja disebut honda, hihihi…..)

I
Ikan laga = maksudnya ikan cupang/ikan aduan (Beta splendens)

J
Jelutung = kayu albasia (yang lunak dan biasa untuk bahan prakarya)

K
Kuaci = bukan kwaci makanan, tapi permainan berupa cetakan plastik yang berbentuk beragam wujud, ada Bruce Lee, kelinci, gajah, mobil, dsb. dipakai utk mainan, juga sebagai barang taruhan. Kerepak peak = makian, mengacu pada kondisi ancur-ancuran.
Kelen; kelien = kalian
Kau = engkau, anda (tidak dibaca ka-u — u dalam utang; atau kaw, tetapi di antara keduanya: kauw — w nya lemah)
Kilik = mirip lego; mendrible bola (dikiliknya bola itu sampai pemain lawan terkecoh)
Kede/kedai = warung
Kede sampah = warung kelontong kecil (bukan warung jualan sampah, hehehe)
Kedan = teman, sohib (Abang ini kedan kita juga)
Kereta = sepeda motor
Kereta Angin = sepeda
Kerabu = anting-anting
Kali = dari pemendekan kata ‘sekali’; berarti banget, sangat (“hebat kali kau!” Artinya, “lu hebat banget deh!”)
Kak = panggilan untuk orang (perempuan) yang lebih tua atau dituakan (sama dengan Mbak di Jawa)
Kiri = minggir (“Kiri kau!”…, maksudnya: “minggir lu!”)
Keplor = kepala lorong
Kepling = kepala lingkungan
Kongsi : Bagi-bagi, sama rata…
Koyak = robek == celanaku koyak; kukoyak-koyak kertas hasil ujianku
Kek = kayak, biasa dipadukan dengan kata mana (kek mananya kau: bagaimana sih kamu ini);lihat juga cem/cam
Kelir = pinsil warna (kt. benda), mewarnai (kt. kerja)
Kocik = dari bahasa Melayu (?), berarti kecil
Kornel = tendangan pojok/penjuru dalam sepak bola. Plesetan dari “corner” (corner kick)
Kopek = kupas, kelupas (jangan kau kopek lukanya, nanti tambah parah).
Kombur = cakap, banyak omong.
Kondor = kendor, longgar (celanaku kondor, harus dikecilkan)
Kamput = singkatan dari kambing putih, merek minuman keras murahan (si Ucok tenggen gara-gara minum kamput).
Kalok = maksudnya: kalau, “k” terakhir dibaca seperti huruf hamzah/aposthrope
Ketara = maksudnya: kentara – tampak, terlihat jelas, tercirikan dengan mudah.
Kiput = varian lain dari kembut.
Kembut = deg-degan, takut (begitu dipanggil Pak Kepsek, Inong langsung kembut)

L
Lembe = lemah, lemes
Lewong = 1) putus ;(layangan lewong); 2) hilang, raib (Lewong uangku disikat dia…)
Litak = habis, kondisi capek sekali – dari Padang? (Litak kali badanku)
Lorong = gang (kau tinggal di lorong apa)
Ligat = lincah, lihai (ligat kali dia kalo kerja)
Lantak = habis; habisi (dilantaknya semua hidangan itu. Rumah itu dilantak si jago merah)
Lengkong = cincau hitam, buat campuran es sirop
Lego = drible bola (Ronaldo jago kali ah nge-lego bola)
Locak = kalah terus menerus (aih mak, locak kawan tu pas main ceki);
Batu locak => sejenis permainan dengan batu pipih dengan kelereng atau benda bulat kecil lainnya. Si kalah berusaha melempar kelereng atau bolanya ke dalam lubang sasaran, sementara pemain lainnya berusaha menjauhkan bola itu, atau setidaknya melempar melampaui bola, agar tidak kalah.
Loak = payah (Loak kali kau pun, gitu aja nggak bisa)
Lepoh = bodoh (Lepoh kali, gitu aja nggak bisa)
Lobok = kedodoran, kebesaran (celananya lobok, Mak… bisa dikecilin?)
Lereng = sepeda besar = sepeda janda (e pada “le” dan “reng” dibaca seperti menyebut pada kata lele)
Lengger = plesetan dari tabrak (mati dia dilengger truk)
Langgar = musola (Pak Haji biasa sembayang di langgar)
Limpul = lima puluh (dipakai untuk menyebut uang Rp 50 atau Rp 50.000)
Limrat = lima ratus (dipakai untuk menyebut uang Rp 500 atau Rp 500.000)
Limper = lima perak (dipakai untuk menyebut uang Rp 5. Sekarang uang pecahan ini sudah tidak ada, jadi istilah limper pun mungkin sudah hilang).
Lasak : Banyak gerak, ga bisa diam.
Lencong; tai lencong = tahi ayam yang hijau, bentuknya seperti pucuk es krim menjulang (hueeek..)
Lokal = kelas (si Adi lagi di lokal, belum keluar)
Longoh = bodoh, tolol (dasar longoh, udah tau bahaya bukannya menghindar)
Lepuk = pukul (dilepuk orang sekampung dia).
Leles = n: sisa-sisa (aku ambil lelesnya aja); sifat: dia itu tukang leles (suka ambil sisa-sisa orang lain).
Lantam = pedas mulut, nyelekit (si Ida itu memang lantam kali, la)
Lenje = lain jiwa (sarap)

M
Mamak = ibu, mama
Mamak-mamak = mengacu pada orang yang lamban, tidak gesit (jalan kau pun kayak mamak-mamak)
Mentel = genit, centil
Mengkek = manja
Mereng = miring, sering juga disebut mencong
Merling = bercahaya, mengkilap (kalungnya merling kali..)
Motor/montor = mobil
Minyak lampu = minyak tanah
Monza = akronim dari Monginsidi Plaza, tempat jualan pakaian bekas; mengacu pada penyebutan semua jenis barang second/bekas (celana monza ya?)
Merepet = mengomel, marah
Manipol = akronim dari mandailing polit = mandailing pelit /kikir; istilah stereotip suku mandailing, suku di Kab. Tapanuli Selatan. Padahal belum tentu benar.
Melalak = hobinya keluar rumah, ga betah di rumah, sebuah sifat perempuan yang negatif
Mentiko = belagu, sifat orang yang suka merasa paling hebat dan suka cari masalah
Merajuk = ngambeg
Main-main; keluar main-main = Istilah untuk jam istirahat sekolah (“Keluar main-mainnya jam berapa ya?”)
Masuk angin = melempem (khusus buat makanan, kue, atau kerupuk) — kerupuknya nggak enak, udah masuk angin…

N
Nona = aktris utama (siapa nonanya, Hema Malini?)
Nembak = bukan menembak, atau nembak cewek, tapi istilah untuk makan tapi nggak bayar (si Ucok nembak di warung Kak Ipah).
Ngeten = (dari bahasa Batak?), artinya mengintip.
Nungkik = maksudnya nukik (menukik). Dipakai spesial utk istilah Muntah Nungkik = muntah yang sejadi-jadinya (sampai orang ybs tertunduk-tunduk)
bisa-bisanya ya??

O
Ompa’an = sifat orang yang suka dibaik-baikin
Oyong = terhuyung2x, limbung
ODB = tontonan gratis ala misbar (gerimis bubar); pemutaran film keliling. Biasanya diadakan tiga bulan sekali di asrama-asrama tentara atau polisi. Aslinya dari bahasa Belanda: O… Deli Bioscoop.

P
Palar = dipaksa-paksain
Pala : Ga seberapa (Contoh :D ia ga pala jahat kali lah sama aku…); dicukup-cukupkan
Pakek = maksudnya: pakai, “k” terakhir dibaca seperti huruf hamzah/aposthrope
Pesong = gila, tidak waras
Pukimbek, pukilik = sialan, makian
Pajak = pasar
Perli = menggoda, flirting seseorang utk menjadi pacar (Cantik kali anak gadis wak Alang tu. Kalau kuperli mau nggak dia ya?)
Pasar = jalan raya
Pening = pusing
Paten = hebat
Pinggir = kiri (perintah untuk menyuruh sopir berhenti, biasanya penumpang berkata “pinggir” (bukan “kiri”).
Pusing = keliling
Palak : Sebel, marah.
Perei = libur (slang dari free)
Ponten = nilai
PHR = istilah untuk bioskop murahan. Singkatan dari Panggung Hiburan Rakyat (aku dulu suka nonton di PHR Morsip di Jl. Soetomo Ujung, PHR Serdang, dan PHR Bahagia di Jl. Pasar Merah)
Panglong = toko tempat penjualan material bangunan
Porlep = sebutan untuk kuli angkut barang di Polonia atau Pelabuhan Belawan
Paret = maksudnya parit, got
Pakansi = hari libur, liburan
Pakpok = pulang pokok, impas (break event point)
Pekak = tuli (percuma kau teriak, dia orangnya memang pekak)
Pencorot = nomor urut paling akhir, pecundang (di kelas, dia pencorot)
Pauk/Paok = Payah, nggak keren, bodoh (Paok kali pun kau, gitu aja nggak bisa)
Pen = urutan ke (aku pen 2, ya, kau pencorot aja) — pencorot = lihat entri sebelumnya.
Petentengan = belagu, banyak lagak.
Pulak = maksudnya: pula; Cemmana pulak abang ni (bagaimana pula abang ini?)
Pengkor = tangan atau kaki yang (maaf) cacat bengkok. “Orang itu kakinya pengkor…
Preman lontong = preman yang klemak-klemek, lemes tidak garang
Pakcik = arti sebenarnya adik dari ayah/ibu. Dipakai sering utk panggilan ke teman. (jangan gitulah pakcik, sama-sama cari makannya kita ni..)
Pakek = maksudnya: pakai, “k” terakhir dibaca seperti huruf hamzah/aposthrope
Petentengan = belagu, banyak lagak.


Q

R
Rodam = siksa, dimapram (“sebelum dilantik, kami dirodam dulu semalaman)
Raun-raun = jalan-jalan berkeliling (dari bahasa inggris: round-round=keliling-keliling)
RBT = Ojek (RBT adalah singkatan dari Rakyat Banting Tulang :)
Rupanya = ternyata… ( Contoh : di sini kau rupanya! aku cari-cari kemana-mana)
Recok = ribut, berisik
Rol = penggarisan, mistar (kt. benda)
Rusuh = grasa-grusu (“Rusuh kali kelien, tenang sikit kenapa?”)
Reket = maksudnya raket, merujuk pada bermain bulutangkis/badminton. (main reket kita yuk). è reket pingpong= maksudnya raket/bed/alat pemukul pada olahraga pingpong

S
Sarap = tidak waras, gila (yang sarap-nya kauw? Kamu gila ya?)
Sedeng = gila, sinting
Senget = tidak waras, gila
Silap = salah, keliru – kalau awak tak silap —
Simpang = perempatan, atau pertigaan jalan
Selow = slang dari slow (lambat)
Semak = kumuh, berantakan, kacau (semak kali kamar ni… semak muka kau kulihat)
Sepeda Janda = sepeda berpalang ala jaman dulu, suka dipakai ibu-ibu atau buruh kebun…
Setil = gaya, keren (setil kali dia malam ini, mau pergi kenduri ya?)
Sengak = ketus (jangan la sengak gitu cakapnya….)
Somboy = sejenis makanan cina yang populer, dari sejenis buah yang dikeringkan, berwarana merah dan diberi lapisan tepung yang rasanya asin, manis, asam.
Setalen = satuan nilai uang, kira-kira ….. rupiah (dulu masih sering ditemukan jajanan seharga setalen, tapi sekarang tidak lagi).
Sikit = plesetan dari sedikit
Sudako = angkot
Sor = syur, suka; sor kali aku lah ama cewe tu..
Selop = sandal
Setip = penghapusan (kt. benda), menghapus (kt. kerja)
Siap = selesai; done (tugasku udah siap, jadi aku bisa santai sekarang)
Seken = salaman (dari bhs Inggris: shake hand) – kalo cocok, seken dulu kita….
Seje = bo’ong
Sempak = maksudnya swim pack; celana renang utk lelaki. Dipakai lebih untuk menyebut celana dalam pria. (Sempaknya merek GT-Man)

T
Tungkik = teler, cairan di kuping (ih, jijik)
Tumbuk = pukul , kutumbuk kau nanti…
Telekung = mukena
Titi = jembatan (kalo mau ke rumahnya, kau harus lewat titi besar itu, baru sampe)
Tonggek = bokong yang montok
Tepos = lawan tonggek
Tokok; menokok = 1) memalu, memaku (tolong kau tokok dulu paku ini di papan itu); 2) pukul, jitak (ditokoknya kepalaku, Kak, sakit lah)
Tekek = versi jitak yang lain lagi…
Tepung roti = tepung terigu
Tarok = meletakkan (coba kauw tarok tasmu di atas meja)
Teratak = atap tambahan, biasanya dibangun jika ada pesta atau musibah kemalangan di rumah
Terei = dari kata try (inggris), artinya coba (Cak di-terei dulu barang ni…)
Terge = perhatian, peduli, acuh (udah setil habis dandananku, eh nggak di-terge sama dia)
Tekong; Tekongan = menikung; tikungan, simpang jalan (agak nekong kau sikit, biar nggak dilengger mobil; kutunggu kau di tekongan)
Takir = nasi bungkus/kotak yang biasa dibagikan saat kenduri atau tahlilan; lihat juga kata “berkat”
Tukam = melayat, takziah
Toyor = pukul; memukul, tapi dengan cara lain lagi (kayak upper cut, gitu) — maling itu kena toyor massa.
Texas = mengacu pada sifat Koboi Texas, seradak-seruduk. (Gaya kau teksas kali kulihat)
Toke = tauke, majikan atau pedagang Tionghoa.
Titi Gantung = tempat di kawasan lapangan merdeka, dekat stasiun KA Medan, yang dulunya banyak yang jualan buku (bekas).
Teronggok = tertumpuk
Tokoh = tipu (kt. benda); nokoh, menokoh (kt. kerja): menipu (anak itu kerjanya nokohin orang tuanya, hati-hati jangan mudah percaya)– tukang nokoh: tukang tipu

U
Uwak = (panggilan sopan untuk orang yang sudah tua, semacam bapak/ibu, atau kakek/nenek gitu deh)
Ubi = singkong; ubi rambat = ubi jalar
Ulok = sama dengan kombur; cerita yang dibesar-besarkan, dilebih-lebihkan (Palak aku sama si Daud, banyak uloknya dia itu….)

V


W
Woy = panggilan, seruan buat teman atau sekelompok orang (Woy, di mana kelien?)
Wak Labu = orang sok yang banyak gaya
WC = Toilet

X


Z

(Disadur dari www.kamus-medan.blogspot.com)

Masyarakar Karo di Kota Medan


       Berbicara mengenai keberadaan Kota Medan, maka salah satu hal yang tidak dapat terpisahkan adalah mengenai keberadaan Suku Karo yang notebene adalah penemu sekaligus pendiri kota terbesar ketiga di Indonesia ini.
         Supaya kita dapat mengenal lebih dalam mengenai keberadaan masyarakat Karo di Kota Medan, maka alangkah lebih baiknya kalau kita membaca tulisan berjudul “Karo di Sekitar Medan” yang pernah dipublikasikan oleh situs sorasirulo.net berikut ini:
      Kerajaan Haru dan Kesultanan Deli tidak terlepas dari masyarakat Karo dan Melayu. Kebetulan, wilayahnya berdampingan. Mereka hidup rukun dan damai sejak zaman dahulu.
       Hancurnya Haru akibat serangan licik Kerajaan Aceh. Terdapat 4 urung yang tersisa: Serbanaman (Sunggal) panteken Surbakti mergana, Sepuluduakuta (Laucih) panteken Purba mergana, Sukapiring (Delitua) panteken Karosekali dan Meliala mergana, Senembah (Petumbak) panteken Barus mergana.
      Bukti lainnya akan keberadaan dqan kejayaan Karo di daerah ini adalah Putri Hijau. Hampir semua versi cerita Putri Hijau menyangkut Karo dan Melayu. Bahkan, saudara Putri Hijau yang menjelma menjadi meriam pecah 3 bagian menempati Sukanalu, Delitua dan Istana Maimoon.

Meriam Putung yang berada di Istana Maimoon

            Permaisuri Sultan Deli yang pertama (Gocah Pahlawan) Nangbaluan br Surbakti adalah adik kandung Datuk Sunggal bernama Datuk Hitam Surbakti. Mereka berumah tangga tahun 1632. Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi di sekitar pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura. Tidak berapa jauh di belakang kantor Walikota Medan sekarang.Begitu eratnya hubungan Melayu dengan Karo, selayaknya ciri khas ornamen Karo ditambah dan dibenahi di Medan mengimbangi Melayu.
          Patung Guru Patimpus merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Karo di kota Medan. Walaupun pembangunannya sudah sangat terlambat dan letaknya seharusnya di ujung Jl. Guru Patimpus di Majestik, di tugu jam SIB, tapi biarlah tidak mengapa. Terpenting, kita tidak melupakan sejarahnya.

Patung Guru Patimpus ( Pendiri Kota Medan )

         Demikian juga patung komponis Djaga Depari berdiri manis di persimpangan Jl. Sultan Iskandar Muda dengan Jl. Letjen Jamin Ginting. Sudah pas dan cocok letaknya.
        Patung Letjen Jamin Ginting di letakkan tepat di depan Kodam II Bukit Barisan agar dapat mengingatkan perjuangan beliau. Dia adalah Pangdam pertama di Sumut.

Patung Letjen Jamin Ginting ( Pangdam pertama di Sumut )

         Hati menangis saat diruntuhkannya bangunan-bangunan berornamen Karo di Tapian Daya dulu dan diganti bangunan modern. Tapi, untunglah, stand paviliun Kab. Karo di ( Pekan Raya Sumatera Utara ) PRSU masih menggunakan ciri khas rumah adat Karo, walau bentuknya lebih kearah modern. Hati sempat berdebar ketika Gedung Wanita Karo diruntuhkan. Untunglah Gedung Wanita Karo dibangun kembali meski bentuknya tidak seindah yang lama.
             Bagi pengusaha jambur yang berada di sepanjang jalan Letjen Jamin Gintings dan sekitarnya, jangan sampai meninggalkan ciri khas Karo. Bangunan pemerintah ataupun usaha swasta seperti rumah makan, restoran yang juga berada di daerah Padang bulan sekitarnya disarankan bercirikan Karo.Minimal gapura ataupun pos jaga satpam.Demikian juga rumah atau pagar warga Karo sebaiknya ada ornamen Karonya.
      Khusus rumah adat Karo mini di sisi kanan Istana Maimoon tempat bersemayamnya Meriam Puntung Putri Hijau, agar dimusyawarahkan sekaligus dihimpun penggalangan dana untuk dibangun secara permanen  yang bercirikan Karo dan Melayu. Rumah adat Karo yang ada sekarang tampaknya serasa kurang bagus  dan indah serta kurang menarik. Dilihat sekilas bukan seperti rumah adat Karo.
          Terlihat dengan jelas berdasarkan tulisan diatas, bahwa keberadaan warga Karo di Kota Medan tidak pernah lekang termakan oleh zaman. Sejak berdirinya dahulu dengan nama Madan sampai era modern saat ini yang kemudian berubah nama menjadi Medan.

Sabtu, 10 Desember 2011

Marga - Marga Dalam Suku Karo



Merga Karo terdapat lima kelompok  suku Karo, yaitu:
A. Karokaro, 
B. Ginting, 
C. Tarigan, 
D. Sembiring, dan 
E. Perangin-angin.
Klan (nama keluarga) dalam suku bangsa Karo disebut merga berbeda halnya dengan suku bangsa Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba)  yang disebut dengan marga.
Cabang-cabang merga suku Karo dan persebarannya ;
A. Merga Karokaro dan cabang-cabangnya
   1. Karokaro Sinulingga di Lingga, Bintang Meriah, dan Gunung Merlawan.
   2. Karokaro Surbakti di Surbakti dan Gajah.
   3. Karokaro Kacaribu di Kutagerat dan Kerapat
   4. Karokaro Sinukaban di Kaban dan Sumbul.
   5. Karokaro Barus di Barus Jahe, Pitu Kuta.
   6. Kar6okaro Simbulan di Bulanjulu dan Bulanjahe.
   7. Karokaro Jung di Kutanangka, Kalang, Perbesi, dan Batukarang.
   8. Karokaro Purba di Kabanjahe, Berastagi, dan Lau Cih (Deli Hulu).
   9. Karokaro Ketaren di Raya, Ketaren Sibolangit, dan Pertampilen.
 10. Karokaro Gurusinga di Gurusinga dan Rajaberneh.
 11. Karokaro Kaban di Pernantin, Kabantua, Bintang Meriah, Buluh Naman, dan L. Lingga.

 12. Karokaro Sinuhaji di Ajisiempat.
 13. Karokaro Sekali di Seberaya.
 14. Karokaro Kemit di Kuta Bale.
 15. Karokaro Bukit di Bukit dan Buluh Awar.
 16. Karokaro Sinuraya di Bunuraya, Singgamanik, dan Kandibata.
 17. Karokaro Samura di Samura.
 18. Karokaro Sitepu di Naman dan Sukanalu

B. Merga Ginting dan cabang-cabangnya
   1. Ginting Munte di Kutabangun, Ajinembah, Kubu, Dokan, Tanggung, Munte, Rajatengah, dan Bulan Jahe.
   2. Ginting Babo di Gurubenua, Munte, dan Kutagerat.
   3. Ginting Sugihen di Sugihen, Juhar, dan Kutagunung.
   4. Ginting Gurupatih di Buluh Naman, Sarimunte, Naga, dan Lau Kapur.
   5. Ginting Ajartambun di Rajamerahe.
   6. Ginting Capah di Bukit dan Kalang.
   7. Ginting Beras di Laupetundal.
   8. Ginting Garamata di (Simarmata) Raja Tengah, Tengging.
   9. Ginting Jadibata di Juhar.
 10. Ginting Suka Ajartambun di Rajamerahe.
 11. Ginting Manik di Tengging dan Lingga.
 12. Ginting Sinusinga di Singa.
 13. Ginting Jawak di Cingkes (?)
 14. Ginting Seragih di Lingga Julu.
 15.Ginting Tumangger di Kidupen dan Kemkem.
 16.Ginting Pase di …. (lenyap?)
C. Merga Tarigan dan Cabang-cabangnya
   1. Tarigan Sibero di Juhar, Kutaraja, Keriahen, Munte, Tanjung Beringin, Selakar, dan Lingga.
   2. Tarigan Tambak di Kebayaken dan Sukanalu.
   3. Tarigan Silangit di Gunung Meriah.
   4. Tarigan Tua di Pergendangen, Talimbaru.
   5. Tarigan Tegur di Suka.
   6. Tarigan Gersang di Nagasaribu dan Berastepu.
   7. Tarigan Gerneng di Cingkes (Simalungun).
   8. Tarigan Gana-gana di Batukarang.
   9. Tarigan Jampang di Pergendangen.
 10. Tarigan Tambun di Rakutbesi, Binangara, Sinaman dll.
 11. Tarigan Bondong di Lingga.
 12. Tarigan Pekan (Cabang dari Tambak) di Sukanalu
 13. Tarigan Purba di Purba (Simalungun)

D. Merga Sembiring dan Cabang-cabangnya
 I. Sembiring Siman biang (Tidak biasa kawin campur darah dengan cabang Sembiring lainnya,            artinya: tidak diperbolehkan perkawinan dengan sesama merga Sembiring).
   1. Sembiring Kembaren di Samperaya dan hampir di seluruh urung Liang Melas.
   2. Sembiring Sinulaki di Silalahi.
   3. Sembiring Keloko di Pergendangen.
   4. Sembiring Sinupayung di Juma Raja dan Negeri
 II. Sembiring Simantangken biang (ada dilakukan perkawinan antara cabang merga Sembiring)
   1. Sembiring Colia di Kubucolia dan Seberaya.
   2. Sembiring Pandia di Seberaya, Payung, dan Beganding.
   3. Sembiring Gurukinayan di Gurukinayan.
   4. Sembiring Berahmana di Kabanjahe, Perbesi, dan Limang.
   5. Sembiring Meliala di Sarinembah, Munte Rajaberneh, Kedupen, Kabanjahe, Naman, Berastepu, dan  Biaknampe.
   6. Sembiring Pande Bayang di Buluh Naman dan Gurusinga.
   7. Sembiring Tekang di Kaban.
   8. Sembiring Muham di Susuk dan Perbesi.
   9. Sembiring Depari di Seberaya, Perbesi, dan Munte.
 10. Sembiring Pelawi di Ajijahe, Perbaji, Kandibata, dan Hamparan Perak (Deli).
 11. Sembiring Busuk di Kidupen dan Lau Perimbon.
 12. Sembiring Sinukapar di Pertumbuken, Sidikalang(?) Sarintono.
 13. Sembiring Keling di Juhar dan Rajatengah.
 14. Sembiring Bunuh Aji di Sukatepu, Kutatonggal, dan Beganding

E. Merga Peranginangin dan cabang-cabangnya
   1. Peranginangin Namohaji di Kutabuluh.
   2. Peranginangin Sukatendel di Sukatendel.
   3. Peranginangin Mano di Pergendangen.
   4. Peranginangin Sebayang di Perbesi, Kuala, gunung dan Kuta Gerat.
   5. Peranginangin Pencawan di Perbesi.
   6. Peranginangin Sinurat di Kerenda.
   7. Peranginangin Perbesi di Seberaya.
   8. Peranginangin Ulunjandi di Juhar.
   9. Peranginangin Penggarus di Susuk.
 10. Peranginangin Pinem di Serintono (Sidikalang).
 11. Peranginangin Uwir di Singgamanik.
 12. Peranginangin Laksa di Juhar.
 13. Peranginangin Limbeng di Kuta Jurung, Biru-Biru, Deli Serdang.
 14. Peranginangin Singarimbun di Mardinding , Kutambaru dan Temburun.
 15. Peranginangin Keliat di Mardinding.
 16. Peranginangin Kacinambun di Kacinambun.
 17. Peranginangin Bangun di Batukarang.
 18. Peranginangin Tanjung di Penampen dan Berastepu.
 19. Peranginangin Benjerang di Batukarang
 Sebagian dari marga Peranginangin dan Sembiring dapat kawin sesamanya (antar cabang merga).
Ada pula merga yang melakukan Sejandi yaitu perjanjian tidak saling mengambil atau tidak mengadakan perkawinan antar merga bersangkutan, misalnya : antara Sembiring Tekang dengan Karokaro Sinulingga dan antara Karokaro Sitepu dengan Peranginangin Sebayang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Marga_Karo