Be Bi Pro News, JAKARTA - Warga NU atau
Nahdliyin di sejumlah daerah mengungkapkan kekecewaan kepada Presiden Joko
Widodo yang tidak menunjuk Wakil Ketua PBNU As’ad Said Ali sebagai Kepala BIN.
As’ad yang juga mantan wakil kepala BIN dinilai mempunyai kapasitas untuk
memimpin lembaga itu dan bisa membantu presiden menyelesaikan berbagai problem
kebangsaan.
“Beberapa saat setelah diumumkan kalau
yang ditunjuk Jokowi bukan Pak As’ad, para kiai di Jawa Timur dan sejumlah
daerah mengungkapkan rasa kecewa. Kita mempertanyaan komitmen awal Jokowi
sebelum Pilpres,” ungkap Wakil Sekjen PBNU Adnan Anwar melalui keterangan
tertulis di Jakarta.
“Kita tidak menilai sosok Sutiyoso yang
ditunjuk presiden. Itu bukan urusan kita. Tapi kita mempertanyakan komitmen,”
imbuhnya.
Selain dinilai mempunyai kapasitas dan
berpengalaman dalam memimpin BIN, sosok As’ad Said yang mempunyai pengaruh
besar di kalangan Nahdliyin diharapkan mampu menjadi pemersatu komunitas santri
dan abangan dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI.
“Awalnya banyak kiai di daerah ragu
dengan Jokowi. Namun Pak As’ad dan tokoh NU lainnya berhasil meyakinkan kalau
Jokowi akan bisa mengawal agenda kebangsaan dan keislaman lebih baik. Kita
mengingat kembali hubungan yang baik antara NU dan PNI sebagai representasi
dari komunitas besar santri dan abangan,” kata Adnan.
Dikatakannya, kontribusi NU cukup
signifikan dalam memenangkan Jokowi dalam pemilihan presiden 2014. “Dalam model
presidential electoral semua bisa diukur. Kita bisa dilihat dari
berbagai laporan lembaga survei, bagaimana kontribusi suara NU,” tambah mantan
peneliti LP3ES ini.
Menurut Adnan, keputusan Jokowi kali
ini menjadi catatan tebal kalangan Nahdliyin terhadap Presiden Jokowi. “Koalisi
strategis yang diomongkan ternyata hanya kamuflase. Presiden hanya mementingkan
deal-deal kekuasaan daripada persoalan ideologi,” katanya.
“Ketika butuh, mereka datang ke NU
setelah itu kita ditinggal. Keputusan presiden kali ini menjadi catatan tebal
kita. NU tetap tidak akan melakukan cara-cara seperti berontak atau mufaroqoh.
Itu bukan karakter NU. Setidaknya kita mauquf (diam) terhadap berbagai
kebijakan pemerintah,” pungkasnya.
Sumber : okezone.com